Ternyata (Ngga) Bisa Naik Gunung: A Dieng Trip

Akhirnya ke Dieng!
Karena diriku ga ada keturunan Jawa-nya, jarang banget ada kesempatan untuk jalan-jalan di daerah Jawa Tengah atau Jawa Timur kecuali kalau ada nikahan temen, urusan kantor atau menyengajakan diri untuk liburan. Daerah yang pernah aku datangi itu; Jogja, Solo, Malang, Surabaya..... segitu saja sepertinya :") itupun belum pernah bisa jalan-jalan sampai puas.

Makanya, begitu diajak sama Himmah buat ke Dieng, langsung aku iya-in tanpa banyak mikir. Perjalanan kali ini, kita rombongan berenam (Anisah, Himmah, Imo, Riri, Arsy, Sapi) dan kita ikut open trip dari Wuki Travel. Ini pertama kalinya ikut open trip yang berarti aku ga perlu pusing-pusing mikir transportasi, akomodasi, konsumsi, bahkan itinerary-nya karena itu semua udah masuk dalam paket mereka. Dan itu pun berarti aku ga ada kebebasan untuk memilih 'isi' trip karena terikat dengan jadwal dari pihak travel agent-nya. 

Aku ga mau terlalu panjang membahas tentang open tripnya karena pasti pelayanan dia sama dari waktu ke waktu dan udah ada standarnya. Yang pasti, setelah mencoba open trip, aku ternyata lebih suka meng-organize trip sendiri dibandingkan ikut travel agent meskipun uang yang harus keluar lebih banyak. Yaa, tapi namanya juga anak belum punya uang banyak, ikut open trip kayak gini emang jadi pilihan hemat dan aman sih :)

Jadi, kita ke Dieng waktu peak season banget, yang bertepatan dengan pelaksanaan Dieng Cultural Festival (DCF). Kegiatannya banyak panggung-panggung kebudayaan, stand-stand makanan ataupun kerajinan, dan puncaknya adalah konser Senandung di Atas Awan lalu ditutup dengan penerbangan lampion. Makanya, bisa dibilang jadwal kita di Dieng itu cukup padat karena selain keliling objek wisata Dieng, ada kegiatan DCF yang harus diikuti (well, sebenernya ga harus sih, tapi masa udah jauh-jauh datang tapi ga ikut?! hehe).

Tempat wisata Dieng yang dikunjungi 

1. Candi Arjuna
2. Bukit Scooter
3. Gunung Prau
4. Telaga Warna
5. Bukit Ratapan Angin
6. DCF

Menurut aku, Dieng itu alamnya bagus banget. Pergi ke Telaga Warna dan Bukit Ratapan Angin jadi bikin aku teringat dengan Padang, karena di sana juga banyak banget objek alam yang bagus (ingin ke Padang lagi!). Selain objek wisatanya, suasana dan udara Dieng juga enak banget, meskipun kalau malam dinginnya minta ampun dan airnya juga bikin beku badan. Cocok buat yang mencari tempat pelarian dari hiruk-pikuk perkotaan, hehe. 

Foto full team++ di depan Candi Arjuna :")

Dari atas Bukit Scooter (itu awan plus asap pabrik)

Masih pemandangan dari atas Bukit Scooter


Sebiru itu langitnya~
Berasa photoshoot di Telaga Warna

View dari Bukit Ratapan Angin

Semua foto (kecuali yang foto muka) itu difoto pake kamera HP dan no filter loh. Kebayangkan gimana bagusnya kalau dilihat langsung? Pokoknya alamnya Dieng bikin happy banget kalau dilihat pakai mata kepala sendiri :)

Kalau DCF-nya sendiri, hmmm.... biasa aja ya menurut aku. Mungkin karena emang aku anaknya kurang cocok dengan suasana festival yang penuh keramaian. Apalagi DCF itu pengunjungnya banyak BANGET, terutama pas malam terakhir yang penerbangan lampion. Bener-bener lapangannya jadi lautan manusia dan karena kita telat masuknya jadi ga bisa dapet spot yang enak :( Pas penerbangan lampion juga tidak seindah yang terlihat di medsos karena kita harus hati-hati dengan lampion gagal yang bisa jatuh diatas kepala kita. 

Panggung Senandung di Atas Awan

Banyak tempat jajan juga

Suasana konsernya (bukan dari kameraku)

Tapi, buat aku pribadi, highlight dari trip ini adalah ketika naik GUNUNG PRAU. 
Ini adalah pertama kalinya aku naik gunung dan bener-bener ga tau harus ngapain atau apa yang harus di-expect dari naik gunung. Katanya Gunung Prau itu untuk pemula, jadi aku pun santai-santai saja, tidak menyiapkan peralatan khusus (tapi beli sepatu baru sih, karena ga ada sepatu proper untuk olahraga :p) dan ga melakukan latihan fisik juga. Pokoknya kita semua no clue banget tentang naik gunung.

Dan... berangkatlah menuju Gunung Prau jam 2 pagi hanya dengan modal percaya diri dan latihan yoga sekali setiap minggu di kantor, hehe. Naiknya kira-kira makan waktu 2.5-3 jam dan berhasil dilalui dengan cara atur nafas supaya tidak terengah-engah hasil belajar dari yoga (thanks, bu Emily!). Begitu sampai di puncak, ternyata spot foto-foto untuk sunrise-nya masih 45 menit-an lagi dan kita memutuskan untuk ga kesana, cukup berpuas diri di puncak saja. Bisa sampai puncak aja kayaknya udah prestasi hidup banget :")

Ternyata... habis gelap datang lagi gelap. Turun gunung itu PR banget ternyata..... Capeknya malah melebihi daripada waktu naik. Kenapa ya? Jadi, kita turun dengan jalur yang sama dengan naik, tapi rasanya kok kayak jauuuuh banget. Dan mungkin karena energinya udah habis ketika naik, jadi ketika turun itu badanya rasanya udah habis energi dan kakinya kesakitan menahan berat tubuh (makanya jangan kegendutan, nis huhu). 

Intinya mah, aku jadi sadar kalau "Naik gunung is not my thing". Menurutku, meskipun pemandangan dari puncak gunung sebagai reward setelah berlelah-lelah mendaki itu emang indah banget, bagiku usahanya ga setara sama rewardnya :( No offense ya teman-teman, aku emang anaknya tidak cocok naik gunung aja, cocoknya leha-leha di kasur sambil nonton yutub/baca buku/ main game. Emang anaknya murah meriah banget~ (tapi skincare-ku mahal, hiks).

Ini bukan mencoba mematahkan semangat yang mau mencoba naik gunung ya. Seperti kata Imo, memang sesuatu itu harus kita coba dulu untuk tahu suka atau tidaknya. Dan percobaan naik gunung ini membuat Anisah tahu kalau dia ternyata tidak suka naik gunung. Alhamdulillah, penemuan hidupku satu lagi bertambah, hehe. 

Puncak gunung pertama dalam hidup!

Detik-detik menanti sunrise

Halo, matahari :)

Emang indah banget sih pemandangannya

Oke sekian dulu ceritanya. Semoga jadi termotivasi untuk ke Dieng juga ya :)

Comments

Popular posts from this blog

Singapore in 3D2N Part 2 : Itinerary

Pengalaman Ikut Test JLPT!

Testimoni Hamil dan Melahirkan