Jalan-jalan (mukhayyam) ke Singapura: Part 1 Akomodasi, transportasi, dan persiapan

Sudah lewat 3 buan setelah posting terakhir di blog ini, haha. Well, ketika ingin menulis panjang tapi gamau di diary karena nanti tangannya pegel, toh saya akan balik juga ke halaman ini :") maafkan kemalasan diriku ini, nak (minta maaf ke blog). Tapi topik kali ini juga bukan sesuatu yang bisa saya tulis di diary juga, karena ini topik yang mau saya sharing ke orang-orang. Alhamdulillah, ANisah akhirya bikin post selain curhatan ga jelas:") (pardon me).

Okay, singkat cerita, saya dan geng ukhti-ukhti akhirnya berhasil memecahkan tembok kewacanaan untuk jalan-jalan dan terbang juga ke Singapura 17-20 Maret kemarin. Tema perjalanan kali ini adalah budget traveller, jadi segala hal dibuat seminim mungkin sehingga ga rugi banyak amat walaupun jalan-jalan ke luar negeri dan bisa belanja lebih banyak (emang dasar wanita).
Sebenarnya untuk saya ini kali keduanya ke Singapura, pertama kali pada Juli 2016 bersama keluarga. Itu kali pertamanya sekeluarga liburan ke luar negeri, dan judulnya masih budget travelling juga karena ibu saya yang super hebat dalam menghemat dan pergi ke luar negeri yang menjadi sebuah kemewahan bagi keluarga saya, sehingga liburannya juga bukan liburan yang 'nyaman banget' sebagaimana orang-orang lain kalau liburan ke Singapura.

Dan karena di dua kali perjalanan ke Singapura itu saya lumayan ngurus banyak hal tetang pernaik-pernik persiapannya, ada baiknya saya share tentang hal tersebut, biar pada tau sebenernya pergi Singapura itu se-simpel itu dan bisa dengan biaya yang sangat minim kok :) Mari kita mulai...

1. Terbang ke Singapura

Hal pertama yang pasti harus dilakukan adalah membeli tiket pesawat. Ini selalu jadi langkah realisasi yang pertama sih kalo emang niat mau liburan :") saya dan geng juga setelah wacana sekian lama akhirnya nekat beli tiket supaya beneran niat menyiapkan diri ke Singapura.

Kapan waktu paling enak ke Singapura? Jawabannya, googling aja (you don't say nis)

Sebenernya Singapura dan negara ASEAN lainnya kan seperti Indonesia ya, ga ada musimnya paling cuma musim kemarau dan hujan. Sehingga bisa kapan aja ke Singapura, tapi tetep perhatiin cuaca karena ketika saya kesana bulan Juli, sempet hujan besar dan bikin ga bisa jalan-jalan.

Untuk durasinya, orang paling senang ke Singapura pada weekend, untuk meminimalisir kemungkinan harus ambil cuti sebisa mungkin (untuk para buruh korporat seperti saya, hehe). Tapi hal ini membuat harga tiket saat mahal di waktu-waktu tersebut. Pinter ya emang orang marketingnya.

Jadi kalo diperhatikan, tiket ke Singapura itu menjadi mahal di JUMAT MALAM dan SABTU PAGI karena rata-rata orang pergi di jam segitu, sehingga bisa mulai jalan-jalan dari sabtu pagi hingga minggu. Begitu juga tiket pulangnya menjadi mahal di MINGGU MALAM atau SENIN PAGI, mungkin senin malan juga masih mahal tapi ga semahal dua waktu tadi. Mahal ini kalau buat saya 500 ribu ke atas itu udah mahal banget karena harga biasanya itu 300 ribu juga dapet, tentunya dengan maskapai LCC kaya Air Asia, Jetstar, Lion Air, dll.

Nah, karena budget lebih penting daripada cuti, akhirnya saya dang geng memutuskan untuk berangkat di waktu yang ga biasa, yaitu Sabtu Siang. Kita beli tiket di maskapai Jetstar yang lagi promo, sehingga dapatlah tiket murah, bulat 300 ribu include semuanya. Ohya, satu lagi, harga murah ini tentu comes with no facilities ya. Jadi kita ga dapet bagasi check-in (which means cuma boleh bawa bagasi kabin maksimal 7 kg), kursinya mepet-mepetan dan ga dapet makan (ya iyalah). Dan kalau mau nambah fasilitas bagasi, biasanya harus bayar lebih yang biasanya biayanya sama besar dengan harga tiketnya, hiks.

Waktu pergi sama keluarga juga pake Lion Air tapi di Jumat malam pakai Lion Air, yang berujung pada delay perkepanjangan (harusnya Jumat sore jadi Jumat malam jam 9) waktu itu lagi promo tapi ga semurah itu juga, karena yaa jam mainstream.

Untuk pulangnya, kami ambil waktu di Selasa malam, alhasil harus cuti 2 hari, tapi liburan maksimal di bela-belain lah :") karena belinya rada mepet (sebulan sebelum berangkat), jadi harganya ga semurah pas beli untuk berangkat tapi masih lumayan menurut saya, yaitu 431 ribu. Kami belinya lewat teteh-teteh agen gitu, yang ternyata pakai website www.airpaz.com, jadi mungkin bisa jadi alternatif juga selain traveloka atau skyscanner yang paling umum digunakan untuk mencari penerbangan.

Jadi, total biaya ke Singapura kira-kira 750 ribu pp/ orang. Lumayan kan?

2. Akomodasi di Singapura

Topik kedua dalam persiapan ke Singapura adalah 'mau tidur dimana?'. Karena Singapura sendiri emang sudah jadi tujuan wisata terkenal, jadi kita gampang banget kalau mau mencari penginapan. Saya sharing berdasarkan pengalaman pribadi aja ya.

Mungkin kalau saran pertama saya adalah, cari di Airbnb. Sekarang ini Airbnb jadi pilihan yang paling menguntungkan karena banyak banget yang menyediakan penginapan dengan fasilitas yang sangat memadai (biasanya satu apartemen) dan harga super duper miring sehingga bisa menekan budget seminim mungkin di penginapan. Tapi masalahnya Airbnb hanya menerima pembayaran dengan Kartu Kredit :"( Apalah kita, generasi buruh yang belum berdaya punya kartu kredit, huhu. Mungkin bisa bayar pake VCN atau debit online-nya BNI tapi belum pernah coba juga (kayanya sih ga bisa ya). Tapi yaa, seperti itulah keadaannya sehingga saya juga ga pernah pakai Airbnb di dua perjalanan saya ke Singapura.

Opsi-opsi lain yang pernah saya lakukan adalah:

a. Sewa kamar apartemen

Ini yang dilakukan ummi saya waktu liburan keluarga. Karena kalau di hostel akan terlalu 'menyedihkan' dan kalau di hotel menjadi terlalu mahal, sewa kamar apartemen banyak jadi pilihan orang dan ternyata di Singapura banyak yang seperti itu. Seperti Airbnb, yang menyewakan apartemen adalah orang pribadi yang punya unit apartemen tidak terpakai sehingga mereka sewakan ke orang lain, tapi bedanya ini pembayarannya bisa dengan cara transfer biasa.

Kamar yang kami sewa waktu itu adalah big size room yang muat untuk 6 orang dengan 3 buah kasur, dilengkapi TV, wifi dan kamar mandi di dalam. Sebenarnya ini udah pas banget, malah termasuk enak karena tempatnya nyaman, dan alhamdulillah dekat dengan stasiun MRT. Lebihnya lagi, di apartemennnya ada dapur, jadi ummi saya bisa masak mie instan buat sarapan biar ga beli makan lagi di luar, hehe. Ada mesin cuci dan jemuran juga, jadi udah cucok banget pokoknya. Tapi karena yang disewakan cuma kamar aja, dan di apartemen itu ada 3 kamar, jadi kami ketemu dengan tamu lain yang ikut sewa kamar juga. Tapi karena kamarnya berjauhan, sehinggan secara privasi juga oke (Y).

Mohon maaf karena ga ada fotonya, tapi semoga kebayang ya. Saya gatau ummi pake keyword apa pas mencari sewa apartement itu, tapi menurut saya lumayan worth trying, karena biayanya 2 juta permalan, dimana kami sewa 3 malam sehinggan total 6 juta untuk 6 orang selama 3 malam. Perorang jatuhnya cuma 1 juta untuk 3 malam. Lumayan :)

b. Menginap di hostel

Saya dan geng mau yang lebih murah lagi untuk penginapan sehingga jatuh lah pilihan ke hostel. Rombongan kami total ber 6 tapi 2 orang pulang duluan Senin malam, sehingga di malam ketiga tinggal ber 4. Nah, ini lumayan tantangan juga. Saya sebagai PJ akomodasi akhirnya memulai pencarian di dunia maya mengenai perhostelan di Singapura. Situs favorit saya adalah traveloka, agoda dan booking.com, tapi ujung-ujungnya pasti pakai traveloka karena agoda cuma terima kartu kredit dan booking.com biasanya bayar di tempat. Saya emang lebih nyaman pakai traveloka karena lebih user-friendly, informasi yang ditampilkan cukup, dan yang paling penting metode pembayarannya ada banyak pilihan. Saya juga prefer bayar di awal, bukan bayar di tempat, karena takut aja nanti kena banyak biaya tambahan yang ga disangka-sangka dan malah bikin panik. Mending bayar di awal dan beres semuanya :) Wkwk, jadi kaya ngiklan traveloka ya, but I truly love traveloka, thanks for coming to the world, hehe.

Back to topic tentang hostel. Pokoknya prioritas utama kita adalah low cost, high sufficient return. Yang penting murah tapi tetep nyaman buat jadi tempat singgah (halah). Jadi yang saya lakukan adalah search hotel di traveloka (6 people in one room), sort berdasarkan harga terendah, dan yang dimasukkan dalam pilihan adalah hostel-hostel yang punya bintang bagus atau review tinggi dan banyak, karena review banyak berarti udah banyak orang yang menginap disitu dan review bagus berati yang memang tempatnya bagus :)

Ohya, biasanya hostel itu modelnya dormitory with bunk bed (kalo yang pernah pesantren pasti tau), jadi model tempat tidur tingkat dan dikasih loker perorangnya. Satu kamar ini bisa macam-macam jumlah bunk bed. Paling minimal 3 bunk beds (utk 6 orang) hingga 12 bunk beds (utk 24 orang) atau mungkin lebih banyak lagi. Selain itu ada yang tipenya mixed (campur cewe-cowo), ada juga yang female only (jarang sih yang men only, tapi ada aja kadang). Kami pilih yang sekamar untuk 6 orang, jadi sekamar isinya kita semua supaya lebih bebas dan terjaga privasinya.

Untuk malah keduanya, kami ber 4 untuk memutuskan memesan di tempat lain, karena yang pasti mau yang murah dan (sok-sokan) cari pengalaman baru di hostel lain. Tapi karena cari kamar untuk 4 people only sangat susah, akhirnya kita sewa kasur di female only room yang harus berbagi dengan orang lain.

Pilihan kami untuk penginapan adalah Footprints Hotel (untuk malam pertama) dan Mori Hostel (untuk malam kedua), berikut review pribadi saya:

Footprints Hostel (Little India)


Hostel ini letaknya di daerah Little India dan dekat dengan 3 stasiun MRT, yaitu Rochor, Jalan Besar, dan Little Inda MRT. Tempatnya mudah ditemukan dan accessible banget ke MRT sehingga memudahkan kami yang bawa koper segaban :") Disini kami sewa satu kamar (karena mereka punya dormitory for 6 people, jadi pas deh diisi sama kami semua). Awalnya saya ga ekspektasi apa-apa sih sama hostel di Singapura. Yaa, namanya juga penginapan murah, pasti banyak ga sreg-nya. Tapi alhmadulillah Footprints ini menurut saya termasuk nyaman, bersih dan sangan mengakomodir kami. Karena kami sampainya pagi hari (malemnya tidur di bandara, bakal dibahas dipost yang lain ya) sedangkan check-in baru jam 2, staffnya mengizinan kami untuk titip barang dulu di lobby mereka (tapi yang pasti mereka tidak bertanggung jawab atas kehilangan) dan kami baru kembali untuk check-in setelah selesai jalan-jalan di malam harinya.

Ketika check-in, ada deposito dulu SG$ 20 tiap kunci untuk jaga-jaga dan setiap orangnya dapat seprei kasur dan bantal baru, jadi sifatnya sepreinya dipasang sendiri. Kamar yang kita sewa kira-kira seperti ini bentukannya.


Kamarnya sendiri memanjang dan sempit sih, jadi kalau mau sholat juga space-nya cuma muat buat satu orang. Ada AC dan kipas angin, tiap kasur ada lampu bacanya dan gantungan baju. Kamar mandinya shared. Ujian kami menginap di Footprints adalah kami kebagian kamar persis di depan kamar mandi cowo :") sempet was-was juga sih, tapi yaa karena kita ga keluar kamar selain ke kamar mandi dan mungkin karena cowo-cowo backpacker jarang mandi (?) jadi saya sendiri ga ada papasan sama cowo di depan kamar (alhamdulillah, hehe).

Kamar mandinya cukup bersih, yaa standar lah kalau kata saya mah. Yang pasti siap antri sama turis-turis lain karena cuma ada 3 shower per lantainya. Di sini, kami dapet sarapan juga. Menunya standar, sereal, susu, roti dan selainya. Ini juga sistemnya self-service jadi peralatan makannya harus dicuci sendiri setelahnya.

Breakfast area + pantry
Keesokan paginya, kita sarapan, siap-siap, dan check-out langsung tapi masih titip barang karena 2 orang harus pulang malamnya dan sisanya harus pindah hostel. Overall, saya suka sama hostel ini, suasananya nyaman, fasilitas juga oke. Oiya, harga kamar yang kami sewa itu IDR 954 ribu, bagi 6 orang berarti IDR 158 ribu perorangnya. Lumayan kan? kalau perginya sendiri atau sedikit orang, jatuhnya sewa kasur dan berbagi kamar sama orang lain. Harganya berkisar 160-200 ribu perkasu permalam, tergantung dari kapan kamu booking (semakin jauh hari semakin baik) dan juga tipe kamar yang kamu mau (biasanya female only lebih mahal dari mixed, dan semakin banyak jumlah orang perkamar, semakin murah).

Lebih lanjut tentang Footprints Hostel bisa liat di http://www.footprintshostel.com.sg . Mereka cukup responsif juga kok di FB!

Rating : 4/5

Lanjut ke hostel kedua kami, yaitu Mori Hostel (Little India).


Kenapa sih harus pindah hostel? yaa, sesimpel pengen dapet yang murah :") karena kalau lanjut di Footprints lagi, harga semalemnya jadi 200 ribu dan kita mau yang jauh lebih murah dari itu. Jadi, kita ber 4 yang tersisa memutuskan untuk pindah hostel, sekalian cari pengalaman baru juga. Pilihannya jatuh ke Mori Hostel yang emang murah banget, 126 ribu permalam perkasur untuk female only-nya. Kalau yang mixed, lebih murah lagi cuma 100 ribuan.

Ketika pertama kali kami check-in ke hostel ini, ternyata jauh bangat dari MRT station. Sebenernya kami udah tau dan udah antisipasi juga sih, tapi karena kelelahan setelah berjalan seharian, lebih berasa cape lagi pas perjalanan ke hostel ini. Dari stasiun terdekat kira-kira masih harus jalam 10-10 menit lagi supaya bisa sampai kesini. Dan satu lagi, hostel ini lobbynya sempit, ga seluas footprints, mesipun kita masih boleh titip barang di sana (tapi harus ditata banget supaya ga ganggu jalan). Jadi bangunanya semacam ruko kecil yang memanjang ke belakang gitu.

Begitu masuk kamar, alhamdulillah lumayan bagus :")




Lebih besar dari footprints dan lebih cozy juga sih. ada kaca besarnya juga (cukup esensial buat wanita, hehe). Ketika kita masuk, udah ada satu orang penghuni, Tru dari China dan sorenya masuk lagi Apshari dari Sri Lanka. Jadi full sekamar ber 6.

The shocking thing is, ternyata kamar mandinya mixed cewe-cowo, yaampun maaf guys tapi emang saya no idea banget kalo bakal ada juga hostel yang ga misahin kamar mandi cewe-cowo. Meskipun awalnya rada panik, yaudah dipaksa untuk tenang dan alhamdulillah emang ga ada happening apa-apa juga sih. Sarapannya juga sama kaya footprints, tapi serealnya lebih enak karena ada cornflake-nya (abaikan).

You can find out more about Mori Hostel on its website http://www.morihostel.com/index.php.

Rating: 3.8/5

Tapi jujurnya saya banyak dapet pelajaran dari menginap di Mori Hostel ini, apalagi setelah mencoba berbagi kamar dengan orang lain. Tips dari saya adalah:

  • Ketika traveling ramai bersama teman, lebih baik sewa kamar saja supaya bisa leluasa ngobrol, ketawa-tawa. Kalau kasus kita, karena pulang lagi ke hostelnya agak malam, ternyata lampu kamarnya udah dimatiin sama penghuni lain jadi gabisa ngobrol lebih lanjut. Alhasil cuma bersih-bersih dan langsung tidur juga
  • Kalau di Singapura, penting banget cari hostel yang dekat dengan MRT stasiun. Meskipun mori ini deket sama halte bus, tapi siapa pun yang pernah traveling di sana pasti tau kalo transportasi umum yang bakal kita andalkan paling utama adalah MRT. Jadi akses juga harus diperhatikan banget
  • Kadang kita suka sepele juga sih dalam memilih penginapan, karena tujuan utamanya kan jalan-jalannya, jadi penginapan dinomorsekiankan. Tapi bener kata ummi, kalau penginapan yang nyaman itu penting banget karena kita harus dapat istirahat yang cukup dan suasana yang enak sehingga bisa bugar kembali untuk aktivitas selanjutnya. Maka, jangan abai sama review-review dari orang dan pelajari juga fasilitasnya sebelum booking ya. Kalau punya spare uang yang lebih banyak, bagus juga kalau sewa kamar yang lebih nyaman. Treat yourself for your holiday, it won't hurt :)
Oh iya, booking dua hostel ini semuanya via traveloka yaa :) nanti pas check in tinggal tunjukin screenshot bukti bookingnya. Mereka udah biasa kok.

3. Transportasi di Singapura

Kalau sudah booking pesawat dan penginapan, insyaa Allah sudah 80% dari persiapan. Selanjutnya harus dipikirkan juga mobilisasi di sananya. Ada 2 pilihan, yaitu EZ-link atau Singapore Tourt Pass (STP).

EZ-link adalah kartu yang dapat dipakai untuk naik semua transportasi umum (MRT dan bus) yang sistemnya isi ulang di-tap di stasiun (MRT) atau sebelum masuk bus. Ini sistemnya kaya kartu multi trip aja, kalian pasti udah cukup familiar, dan bisa ditop-up kapan pun. Saldo dalam kartu EZ-link akan berkurang seiring dengan jumlah pemakaian kita.
Info: http://www.ezlink.com.sg

Sedangkan STP adalah all-day pass yang bisa digunakan untuk transportasi umum (kecuali sentosa express) dan bebas berapa pun pemakaiannya asalkan masih dalam jangka waktu sesuai pembeliannya. STP ini ada yang 1-day, 2-days dan 3-days dengan harga $10, S16, dan $20.
Info: http://thesingaporetouristpass.com.sg


Nah, mending beli yang mana? Ini disesuaikan dengan itinerary kalian. Kalau kalian dalam satu hari akan mendatangi banyak tujuan (misal 6-7 tujuan), pakai banyak MRT atau bus, maka lebih untung pakai STP. Tapi kalau ternyata itinerary kalian lebih santai, maka lebih hemat pakai EZ-link. FYI, tarif MRT rata-rata adalah $0.77 - $2 tergantung dari jarak tempuhnya, kalau kami sih rata-rata setiap perjalanan itu kesedot $1 (kami pakai EZ-link). Drawback-nya dari EZ-link adalah minimal isi ulang adalah $10, tapi nanti bisa direfund kok, meskipun $5 akan melayang untuk beli kartunya. Sedangkan kalau STP, kartunya harus dikembalikan ke counter resmi, jadi ga ada kenang-kenangannya :"

Untuk itinerary akan dibahas dipost selanjutnya ya. Doakan semoga ga kalah sama males :"(

4. Tiket atraksi di Singapura

Kalau kalian mau jalan-jalan kekinian di Singapura dan ada budgetnya, mungkin akan tertarik untuk coba wahana atau activities yang berbayar di Singapura. Ada cable car, Singapore Flyer, flower dome-nya Garden by the bay, ataupun yang mau masuk USS. Ada baiknya semua tiket atraksi itu dibeli dulu di Indonesia, karena sering kali harganya lebih murah (meskipun yaa paling beda sedikit) dan lebih tenang aja pas di sananya (anaknya lebih suka kalo well-prepared sih) hehe.

Buat yang mau beli, di traveloka juga bisa (that's why I love traveloka). Tapi ada juga website yang lebih menarik (dan kayanya lebih lengkap), yaitu https://www.klook.com. Mangga bisa dibrowsing kalau berminat.

5. Makan di Singapura

Makannya gimana ya? Apalagi yang muslim biasanya was-was tentang makan tiap traeling ke luar negeri. Kalau Singapura, udah relatif aman banget. Rata-rata Fast foodnya udah certified halal, kaya KFC, McD, Burger King, Texas Chicken. Dan banyak restoran muslim juga di bugis, little india. Kalau di Food Hawker, cari yang tulisan No Pork, No Lard ya, insyaa Allah itu halal.

Budgetnya sekali makan itu beragam, tapi biasanya dalam range $5-$10. Kalau yang fas food itu kisarannya $6-7 sih, tapi disana jarang yang punya paket nasi, rata-rata burger dan french fries. Tapi posri besar dan mengenyangkan banget kok, kami aja ampe kaget-kaget karena rasa ayam KFC-nya jauh lebih enak dari pada yang di Indonesia (wkwk, norak banget emang).

Well, that's it for now.. See you in Part 2 :)

Comments

Popular posts from this blog

Singapore in 3D2N Part 2 : Itinerary

Pengalaman Ikut Test JLPT!

Testimoni Hamil dan Melahirkan