Kisah Indah Ramadhan - Tata cara puasa
Sabtu kemarin, dua orang yang lagi-butuh-banget-oase-dalam-hidup (saya dan Asma) berangkat ke Masjid Trans Studio. Di sana sedang ada acara Tarhib Ramadhan dengan pengisi Ust. Salim A. Fillah. Meskipun dateng telat banget karena ga tau angkot, alhamdulillah dapet beberapa cerita yang menurut saya menyenangkan dan indah sekali. Saya ingin menuliskannya kembali dengan versi saya sendiri. Begini ceritanya.
Ketika perintah shaum Ramadhan diturunkan, Allah belum menjelaskan tata cara pelaksanaannya sehingga ibadah shaum ini dilaksanakan mengikuti tata cara puasa kaum terdahulu. Yaitu, puasa dimulai dari bangun tidur (berarti tanpa sahur) dan berbuka ketika malam sudah sempurna yang mana saat sudah tidak tampak lagi garis warna merah/jingga terang di langit yang adalah waktu sholat isya.
Jujur, tata cara puasa seperti itu sungguh berat dilaksanakan oleh kaum muslimin pada saat itu. Terutama para Anshar yang mayoritas bekerja di ladang. Setelah seharian bekerja di ladang, sore harinya mereka pulang ke rumah dan melaksanakan shalat maghrib. Setelah sholat maghrib, mereka akan beristirahat menunggu waktu isya untuk berbuka. Mereka berleha-leha, melepas lelahnya setelah seharian bekerja di ladang, tak jarang hingga mengantuk. Saking lelahnya, mereka bisa sampai tertidur pulas tanpa berbuka dan ketika mereka bangun, mereka harus memulai puasa lagi tanpa ada satu pun makanan yang masuk ke dalam perut mereka. Ironisnya, hal seperti ini bisa terjadi terus-menerus hingga 3 hari! Bayangkan seperti apa rasanya 3 hari tanpa makanan...
Maka tak heran apabila kaum Anshar merasa perintah ibadah shaum ini sangat-sangat berat. Sehingga mereka bertanya kepada Rasulullah SAW.,
"Ya Rasulullah, di manakah Allah?"
Itulah pertanyaan yang mereka lontarkan dengan ucapan yang jelas kepada Rasulullah. Namun, berbagai makna tersirat terkandung dalam pertanyaan ini. Sesungguhnya mereka hendak bertanya, mengapa Allah memerintahkan perintah ibadah yang demikian beratnya?
Allah yang Maha tahu isi hati manusia pun menjawabnya dengan sangat jelas pertanyaan mereka ini. Secara lahir dan batin.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran."
(Al-Baqarah : 186)
Itulah jawab atas pertanyaan lahir mereka kepada Rasulullah SAW. bahwa sesungguhkan Allah adalah dekat. Lalu dilanjutkan pada ayat berikutnya.
"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketetapan Allah, maka janganlah kamu mendektainya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar bertakwa."
(Al-Baqarah : 187)
Begitulah Allah pun menjawab pertanyaan 'asli' dari kaum muslimin. Pertanyaan yang sesungguhnya tersembunyi dalam hati masing-masing dari mereka. Subhanallah.
Tak terasa satu minggu lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadhan. Puasa adalah ibadah yang istimewa karena puasa itu hanya untuk Allah. Di saat ibadah lain selalu ada unsur manfaat langsung untuk manusianya dan selalu ada hitung-hitungan pahalanya, tidak dengan puasa. Itu adalah hak Allah. Maka, yuk laksanakan dengan sepenuh hati, perbaiki niat, dan tingkatkan kualitas diri kita di bulan Ramadhan. Ga ada ruginya kan?
Ketika perintah shaum Ramadhan diturunkan, Allah belum menjelaskan tata cara pelaksanaannya sehingga ibadah shaum ini dilaksanakan mengikuti tata cara puasa kaum terdahulu. Yaitu, puasa dimulai dari bangun tidur (berarti tanpa sahur) dan berbuka ketika malam sudah sempurna yang mana saat sudah tidak tampak lagi garis warna merah/jingga terang di langit yang adalah waktu sholat isya.
Jujur, tata cara puasa seperti itu sungguh berat dilaksanakan oleh kaum muslimin pada saat itu. Terutama para Anshar yang mayoritas bekerja di ladang. Setelah seharian bekerja di ladang, sore harinya mereka pulang ke rumah dan melaksanakan shalat maghrib. Setelah sholat maghrib, mereka akan beristirahat menunggu waktu isya untuk berbuka. Mereka berleha-leha, melepas lelahnya setelah seharian bekerja di ladang, tak jarang hingga mengantuk. Saking lelahnya, mereka bisa sampai tertidur pulas tanpa berbuka dan ketika mereka bangun, mereka harus memulai puasa lagi tanpa ada satu pun makanan yang masuk ke dalam perut mereka. Ironisnya, hal seperti ini bisa terjadi terus-menerus hingga 3 hari! Bayangkan seperti apa rasanya 3 hari tanpa makanan...
Maka tak heran apabila kaum Anshar merasa perintah ibadah shaum ini sangat-sangat berat. Sehingga mereka bertanya kepada Rasulullah SAW.,
"Ya Rasulullah, di manakah Allah?"
Itulah pertanyaan yang mereka lontarkan dengan ucapan yang jelas kepada Rasulullah. Namun, berbagai makna tersirat terkandung dalam pertanyaan ini. Sesungguhnya mereka hendak bertanya, mengapa Allah memerintahkan perintah ibadah yang demikian beratnya?
Allah yang Maha tahu isi hati manusia pun menjawabnya dengan sangat jelas pertanyaan mereka ini. Secara lahir dan batin.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran."
(Al-Baqarah : 186)
Itulah jawab atas pertanyaan lahir mereka kepada Rasulullah SAW. bahwa sesungguhkan Allah adalah dekat. Lalu dilanjutkan pada ayat berikutnya.
"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketetapan Allah, maka janganlah kamu mendektainya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar bertakwa."
(Al-Baqarah : 187)
Begitulah Allah pun menjawab pertanyaan 'asli' dari kaum muslimin. Pertanyaan yang sesungguhnya tersembunyi dalam hati masing-masing dari mereka. Subhanallah.
Tak terasa satu minggu lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadhan. Puasa adalah ibadah yang istimewa karena puasa itu hanya untuk Allah. Di saat ibadah lain selalu ada unsur manfaat langsung untuk manusianya dan selalu ada hitung-hitungan pahalanya, tidak dengan puasa. Itu adalah hak Allah. Maka, yuk laksanakan dengan sepenuh hati, perbaiki niat, dan tingkatkan kualitas diri kita di bulan Ramadhan. Ga ada ruginya kan?
Comments