People see what they want to see

Jadi ceritanya, untuk keperluan kantor, gue bikin garansi bank. seperti biasa lewat finance kantor.
Ternyata di jasa asuransi buat bikin garansi ini protes akan suatu klausa dalam garansi tersebut yang setelah gue perhatikan juga emang klasua yang jarang mucnul dalam format garansi-garansi selama ini.

Proteslah gue ke si klien, kok ada klausa begini, apa bisa dihilangkan. Dia gamau kan, tapi di asuransi ini ngotot. Jadinya bilang lah gue ke klien, kalo kita belum familiar dengan klausa ini, mohon pertimbangannya untuk dihilangkan, blablabla sambil gue lampirin garansi bank terakhir dari kantor yang pernah dibuat untuk si klien. Gue lihat sih, ga ada tuh klausa 'sumber masalah' tersebut.

tiba-tina mba finance yang masuk ke loop email gue nelpon, "Nis, itu di garansi bank sebelumnya ada tau klausa itu!" Eh? cek lagi lah gue. OMG, ternyata ada dong *brb panik* "Udahlah nis, ntar lo ngeles aja, itu juga kalo dia komen" ujar si mba finance ini. *brb lemes* "Ok, mba" kututup telponnya. Dan beneran dia komen, dan akhirnya gue ngeles (dengan niat minta maaf) sehingga case closed lah.

Bingung ya? wkwkwkwk
intinya sih disitu gue bikin salah. karena apa? gue hanya melihat apa yang ingin gue lihat, tidak berusaha menjadi objektif dan terlalu buru-buru dalam mengambil keputusan. Akhirnya gue jadi yang terlihat bodoh kan, hadeuh.

Yak, orang-orang tuh emang hanya mau melihat dari sisi interest mereka, yang menguntungkan mereka, yang sesuai dengan logika, pemahaman, dan pemikiran mereka aja ya, baru mereka akan mengakui sesuatu. Dan kadang orang juga terlalu overestimate akan diri sendiri, seperti gue yang udah kepedean duluan email ke klien :") *ini kata buku 'The Art of Thinking Clearly"

hehe, ya sudahlah. Untung klienku baik (but I bet she was annoyed too). Ya gapapalah, gue juga sering dibuat bete sama klien kok #loh

Dah semuanya :)

Comments

Popular posts from this blog

Singapore in 3D2N Part 2 : Itinerary

Pengalaman Ikut Test JLPT!

Testimoni Hamil dan Melahirkan